Masa depan BlackBerry masih dirundung awan kelabu. Pengumuman
dipertimbangkannya opsi menjual perusahaan pun tak membantu memperbaiki
keadaan. Apakah perusahaan ini akan segera "tamat"?
John Hermann dari
BuzzFeed menyebutkan bahwa keadaan pelopor
smartphone tersebut kini mirip dengan sebuah "negara gagal" atau
failed state, ketika kekacauan terjadi di mana-mana dan tak ada tujuan jelas dalam melangkah ke depan.
Sementara
itu, pimpinan perusahan ini di masa krisis, CEO Thorsten Heins, bakal
mendapat guyuran uang apabila ditendang ke luar oleh pemilik baru,
walaupun dia sendiri sejauh ini boleh dibilang gagal membalikkan
peruntungan BlackBerry.
Hal serupa sebelumnya sudah dialami oleh
duet pendiri sekaligus CEO terdahulu BlackBerry, Jim Balisillie dan Mike
Lazaridis, yang kini termasuk dalam deretan orang-orang terkaya di
Kanada.
Ekonomi BlackBerry disebut Hermann telah menunjukkan
tanda-tanda ketidakstablian dan tidak adanya kendali. Dia mencontohkan
fakta yang terungkap baru-baru ini bahwa sepertiga atau sekitar 45.000
aplikasi yang beredar di BlackBerry App World ternyata dibuat oleh satu
pengembang untuk membanjiri toko aplikasi tersebut dengan sebanyak
mungkin koleksi program.
Ini, sebutnya lagi, bukanlah tanda-tanda
marketplace yang sehat dan teratur. Kini segala macam aplikasi "jadi-jadian" sudah telanjur mencemari BlackBerry App World.
Aplikasi-aplikasi
itu semisal "Windows Live Messenger" untuk layanan yang sudah dimatikan
oleh Microsoft, "Followgram" yang hanya mampu melihat
feed
Instagram tapi tak bisa mengepos foto, dan "4G Signal Booster Advanced",
sebuah aplikasi berbayar yang klaim di judulnya diragukan.
Hanya
segelintir produsen aplikasi besar yang hadir di sini, itu pun tak
mencakup semua yang populer. Inilah salah satu gejala lagi menyangkut
tanda-tanda negara gagal: ketidakmampuan berinteraksi dengan negara
(dalam hal ini produsen hardware/software besar) lain sebagai bagian
dari sebuah komunitas internasional.
Hubungan BlackBerry dengan
Instagram misalnya, sudah jatuh entah sampai ke mana. Dengan rencana
penjualan perusahaan, para pengembang ternama boleh jadi makin
kehilangan selera. Buat apa repot-repot membangun untuk platform yang
tidak punya masa depan jelas?
BlackBerry tak punya banyak
pilihan. Divisi hardware senilai 800 juta dollar AS yang menjadi sumber
pemasukan terbesar tak akan dipandang berharga oleh pelaku industri lain
yang mungkin membelinya. Layanan BBM pun kabarnya hendak dipisahkan
menjadi perusahaan sendiri untuk mendongkrak nilai.
"Negara"
BlackBerry masih dipadati "penduduk", sekira 72 juta orang masih
tergabung dalam basis pelanggan. Namun, tak lama lagi mungkin mereka
harus mencari tempat bernaung yang baru.
Title : BlackBerry ibarat Negara Gagal
Description : Masa depan BlackBerry masih dirundung awan kelabu. Pengumuman dipertimbangkannya opsi menjual perusahaan pun tak membantu memperbaiki ke...